Bab I
Pendahuluan
Latar
Belakang
Jamur tiram dapat tumbuh dan
berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong
plastic. Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, kita harus mengetahui mengenai kondisi yang cocok
untuk pertumbuhannya sebelum kita melakukan budidaya
jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya
tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun le bar atau dibawah tanaman berkayu.
Jamur Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak .
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa miselium yang disimpan di
tempat yang redup, jumlahnya lebih banyak disbanding di temapat yang terang dari
cahaya matahari yang penuh. Miselium adalah jaringan yang didalamnya kumpulan
dari hifa jamur. Miselium dapat tumbuh pada sel dinding kayu dengan melakukan
penetrasi pada dinding sel kayu dengan cara melubanginya. Proses penetrasi
dinding sel kayu dibantu oleh enzim pemecah selulosa, hemiselulosa, dan lignin
yang dihasilkan oleh jamur melalui ujung benang-benang miselium. Enzim tersebut
mencerna senyawa kayu sekaligus memanfaatkannya sebagai sumber (zat) makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Syarat Tumbuh
1.
Persiapan Penanaman
Jamur Tiram
Sebelum melakukan
penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia,
diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan
budidaya. Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit bersertifikat yang
dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya
jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat
peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan
hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan
modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau
mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala
kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan hal yang
sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang
dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media
yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini
belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah,
sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan
kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh
jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu
yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut
sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini karena
kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis
kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain
sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu
pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan
sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa
terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur.
Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan
plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika
terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif bahan yang
bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah berbagai macam ampas, misal
ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, berdasarkan
pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk
digunakan tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa
dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori
untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya
pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah
lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya
jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan
dedak maupun teung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena
kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap
lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari karena
banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai
sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir
asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi
rendah.
Alat dan Bahan
Untuk membudidayakan
jamur tiram, diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :
·
Kompor minyak tanah
·
Drum berdiameter 80
cm, tinggi 96 cm
·
Rak, dengan luas 3m²
·
pH meter
·
Thermometer
·
Sprayer / penyemprot,
dengan pipa paralon 2 inci sebanyak 300 buah
·
Cincin
·
Lampu spirtus, dengan
volume 30 liter
·
Baskom plastic
·
Sekpo
·
Serbuk kayu albasia
sebanyak 10,5 kg
·
Dedak halus sebanyak 21
kg
·
Tepung jagung sebanyak
0,6 kg
·
TSP murni 1 kg
·
Kapur 3 buah
·
Bibit jamur F3
sebanyak 3 buah
·
Alcohol 95% sebanyak 1
liter
·
Kantung plastic
transparan (20x35x0,5) cm sebanyak 300 buah
·
Kertas roti 10 x 10
sebanyak 300 buah
·
Karet gelang tahan
panas 600 buah
·
Air sumur 30 liter
2.
Syarat Tumbuh Jamur Tiram
IKLIM
a.
Temperature
Serat
(miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran
suhu antara 23-28 °C, artinya kisaran temperature normal untuk
pertumbuhannya. Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C,
miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buahnya yang bentuk seperti cangkang tiram,
memerlukan kisaran suhu antara 13-15 °C selama 2 samapai 3 hari.
Bila
nilai temperature rendah tersebut tidak didapatkan, maka ada dua kemungkinan
yang terjadi, yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan terbentuk, yang
berarti pemeliharaan tidak berhasil, atau walaupun terbentuk maka waktu yang
diperlukan akan lama. Tetapi walaupun demikian fase kedua jamur tiram putih
tersebut masih dapat tumbuh pada rentang suhu 12-37,8 °C.
b. Kelembapan
Kandungan air di dalam subtract sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur. Terlalu
sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu,
bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu banyak air, miselium akan
membusuk dan mati. Kandungan air didalam subtract tanaman akan didapat dengan
baik bila dilakukan penyiraman. Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang
lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh
optimal pada subtract yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk
merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara
sekitar 70-85%.
c. Cahaya
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada
keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak dapat tumbuh pada tempat
gelap. Cahaya diperlukan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah. Tangkai jamur
akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat pertumbuhan primordial
tidak memperoleh penyiraman.
Akan tetapi, cahaya matahari yang menembus
secara langsung dapat merusak dan menyebabkan kelayuan, serta ukuran tudung
yang relative kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang
bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat bangunan
tempat pemeliharaan jamur.
d. Udara
Jamur tiram putih adalah tanaman saprofit
fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen sebangai senyawa untuk
pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang lancer akan menjamin pasokan oksigen.
Terbatasnya pasokan oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur dapat
mengganggu pertumbuhan tubuh buah.
Jamur tiram juga yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki
tubuh buah kecil dan abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada tempat yang
kekurangan oksisgen akan mudah layu dan mati. Jamur tiram juga memerlukan
sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus diberi
ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan secara baik.
Pertumbuhan miselium jamur memerlukan
kandungan karbon dioksida yang agak tinggi, yaitu 15%-20%. Tetapi, jamur tiram
yang tumbuh pada tempat yang mengandung karbo dioksida yang terlalu tinggi
memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya, tudung jamur tiram tumbuuh
relative kecil dibandingkan tangkainya.
e. Derajat Keasaman (pH)
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada
pH media yang sedikit asam, yaitu antara 5,0-6,5. Nilai pH medium diperlukan
untuk produksi metabolism dari jamur tiram putih, seperti produksi asam
organic.
Kondisi asam dapat menyebabkan pertumbuhan
miselium jamur tiram terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur lain, bahkan
menimbulkan kematian jamur tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa),
dapat menyebabkan system metabolism dari jamur tiram putih tidak efektif.
Bahkan, menyebabkan kematian. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada pH
lingkungdn yang mendekati normal (pH 6,8-7,0).
B. PENANAMAN DAN
PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Salah satu penentu keberhasilan
budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam melakukan proses budidayanya, baik
kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal
yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus
dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan
disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi
menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama
melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini
bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal
yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan kelembaban ruang agar
tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau
berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga
air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika
suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit
tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di
dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati.
Pengaturan sirkulasi dapat
dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang
kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan
normal. Namun, yang terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara
segar.
1. PEMBUATAN JAMUR TIRAM
Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut
a.
Serbuk gergaji dipilih
dan dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat merusak
plastic substrat.
b.
Bahan yang sudah ada
dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang / baskom plastic. Aduk sampai
merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang dicampurkan
untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai berikut :
Serbuk gergaji atau
ampas tebu halus 10,5 kg
• Tepung jagung 0,6 kg
•
Dedak halus 21 kg
•
TSP 1 kg
•
Kapur 3 buah Beri air secukupnya, dengan kandungan air 60% dan pHmedia diukur.
c.
Campuran bahan
dimasukan ke dalam plastic transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5.
Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus adalah
kepadatannya merata. Jangan lupa, ujung plastic bagian bawah ditusuk jari
telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan
dipadatkan bisa duduk posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak
terlalu penuh, tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.
d.
Tiap log ditimbang
beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.
e.
Sisa ujung plastic ke
dalam cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastic tersebut dengan karet
tahan panas.
f.
Tutup mulut log
tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan
karet.
g.
Dilakukan pengukusan
terhadap log media selama 12 jam.
h.
Lamanya pengukusan
dihitung setelah air di dalam drum mendidih.
i.
Setelah selesai
pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau sampai
dingin pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya, dilakukan penanaman
bibit.
j.
Setelah media dingin,
baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
·
Penanaman bibit
dilakuan di ruangan tertutup
·
Semprot isi ruangan
dengan alcohol 95%
·
Gunakan sarung sarung
tangan dan semprot dengan alcohol 95%
·
Untuk memudahkan
penanaman bibit, media yang akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan
kiri. Bibit yang akan ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara
media yang akan ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
·
Buka karet, kertas
penutup, serta kapas penutup media.
·
Masukkan 3 sendok
makan bibit untuk satu log media.
·
Setiap gerakan sendok
yang dipakai, dipanaskan dengan api dari lampu spirtus.
·
Media yang sudah
ditanami bibit tersebut ditutup kembali dengan kapas.
·
Penanaman bibit
dikerjakan dengan cepat, tetapi harus teliti.
k.
Media yang sudah
ditanami bibit disimpan di atas rak.
l.
Biarkan sampai seluruh
media diisi miselium jamur.
m.
Miselium tumbuh
memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium, tutup kapas
dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.
n.
Kelembapan lingkungan
dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer.
o.
Tubuh buah yang sudah
cukup mekar dapat dipanen.
2. Pengendalian Hama Penyakit Pada
Budidaya Jamur Tiram
Selain pemeliharaan baglog,
dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau
mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama
dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu
dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
a.
hama penyakit jamur tiram
1) Ulat
Ulat merupakan hama yang paling
banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan
hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau
tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika
kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika
musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah
dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan
untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal
di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik
inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak
terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput
saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat.
Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya
sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena
rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya kandang
ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung. Untuk mencegah dan mengatasi
serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung
dengan melakukan penyemprotan formalin.
2)
Semut,
Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar
sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama
tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan
cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika
serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan
jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain,
dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu
hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga
dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
b. Tumbuhnya Cendawan Atau Jamur Lain
Jamur lain yang kerap
mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan
Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut
bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam,
kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut
mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama
sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat
pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan kumbung yang
terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika
pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam
kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog
yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka
harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian
dibakar.
Tangkai Memanjang, Penyakit ini
merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang
dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai
memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang
sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan
ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
C. Pasca Panen dan Panen
Pemanenan merupakan kegiatan
budidaya yang selalu dinantikan oleh pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan
baik.
1.
Waktu
dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen
cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 40 hari
setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar
2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram
yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria
jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang berukuran cukup besar dan
bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi
demikian tidak mudah rusak jika dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur
tiram.
2.
Penanganan
Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai
pemanenan jamur tiram bertujuan untuk menciptakan hasil akhir yang berkualitas
sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk
jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
3.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus
segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian tubuh buahnya dipisahkan deri
pangkalnya. Proses pencucian dan pemisahan ini penting untuk dilakukan karena
bila selama proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun
pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat
residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses
sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan bentuk dan
ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam sehingga akan
menarik minat konsumen saat dipasarkan.
D.
Pengemasan dan Pemasaran
1.
Pengemasan
dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar
biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di
dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya
penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran
jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang
dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu
lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh,
sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
Kemana Anda harus menjual hasil
panen jamur tiram Anda? Sulit tidak melakukan pemasaran jamur tiram?
Dikarenakan kebutuhan dan
pemenuhan akan jamur tiram masih tinggi seperti yang telah saya jelaskan pada
beberapa postingan tentang jamur tiram, Anda tidak perlu takut jamur Anda tidak
ada yang beli. Pemasaran yang termudah adalah dengan menjualnya ke pengepul
(broker). Jamur tiram selalu dicari keberadaannya oleh pengepul terlebih
apabila daerah Anda sudah tidak asing dengan budidaya jamur tiram. Saat ini
harga yang diberikan pengepul kepada petani berkisar antara Rp 30.000 – Rp 40.000/kg.
Predikisi saya, harga jamur
tiram bisa terus merangkak naik ke atas dikarenakan isu harga daging sapi yang
masih mahal. Mengapa demikian, karena masyarakat cenderung beralih ke daging
ayam dan jamur tiram sebagai alternatif pengganti daging sapi.
Namun jika Anda menginginkan
harga yang lebih tinggi, Anda bisa mengolah hasil panen Anda menjadi produk
olahan misalnya menjadi jamur tiram crispy yang harganya saat ini berkisar Rp
150.000/kg. Jika Anda memiliki link atau channel ke hotel-hotel atau restoran
besar, Anda dapat menjual jamur Anda dengan harga yang lebih tinggi daripada ke
pengepul, hanya saja Anda harus bisa menjaga kualitas dan kuantitas jamur tiram
Anda dengan baik.