BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu persyaratan yang perlu dan mendesak dalam
menulis dan berbicara adalah diksi (pilihan kata). Pilihan kata termasuk dalam
ilmu semantik, yaitu ilmu yang mempelajari makna kata. Makna kata terdapat
dalam kamus. Dalam memilih kata ini, pembicara atau penulis dituntut untuk
berhati-hati dengan cara sering melihat kamus. Hal ini penting karena tidak
jarang sebuah kata dapat berubah arti dalam ruang dan waktu yang berbeda
sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman itu, ada dua
persyaratan yang dituntut dari pembicara atau penulis, yaitu: ketepatan dan
kesesuaian. Ketepatan artinya kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan dengan
tepat apa yang ingin diungkapkan. Ungkapan tersebut harus dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca dengan tepat. Kesesuaian artinya tafsiran pendengar atau
penulis sesuai dengan tafsiran pembicara atau penulis. Untuk memenuhi kedua
persyaratan dalam diksi pemakalah akan membahasnya.
B. Pembatasan masalah
Selanjutnya dari latar belakang permasalahan yang
dipaparkan di atas, maka pemakalah dapat membatasi pembahasan makalah sebagai
berikut;
1. Pengertian diksi
2. Makna denotasi dan konotasi
3. Makna umum dan khusus
4. Kata konkret dan abstrak
5. Sinonim pembentukan kata
6. Kesalahan pembentukan kata
dan pemilihan kata
7. Ungkapan idiomatik
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menambah wawasan kita dalam mata kuliah
bahasa Indonesia tentang pemilihan kata (diksi).
2. Membekali mahasiswa dengan berbagai
pengetahuan tentang perubahan makna dalam kata.
3. Memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa
pada dosen mata kuliah bahasa indonesia.
D. Metode Penulisan
Penyusunan data-data yang berhubungan dengan materi dari
buku-buku yang telah direferensi oleh kelompok kami, serta buku-buku referensi
tambahan yang didapat dari perpustakaan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan makalah ini, pemakalah membagi menjadi
tiga, yaitu :
1. Pendahuluan yaitu, latar belakang masalah,
pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
2. Pembahasan yaitu, Pengertian diksi,
makna denotasi dan konotasi, makna umum dan khusus, kata konkret dan abstrak,
sinonim pembentukan kata, kesalahan pembentukan kata dan pemilihan kata,
ungkapan idiomatik.
3. Penutup dan
daftar pustaka.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
DIKSI
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata
yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat
penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap
hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud,
kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita
tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang
diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di
samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat
penggunaan kata-kata itu.
2. MAKNA DENOTATIF
DAN KONOTATIF
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara
eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.
Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan,
misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
Makna katamakan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul
sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat
berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak
tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang
kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif).
Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah
makna denotatif atau konotatif.
Kata rumah monyet mengandung makna
konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata
lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan
istilah rumah asap.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan
operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum.
Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu
kondisi dan situasi tertentu.
Misalnya:
rumah gedung,
wisma, graha
penonton pemirsa,
pemerhati
dibuat dirakit,
disulap
sesuai harmonis
tukang ahli,
juru
pembantu asisten
pekerja pegawai,
karyawan
tengah madia
bunting hamil,
mengandung
mati meninggal,
wafat
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat
dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu
kata tanpa ada satu makna yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan
lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna
denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih
bersifat pribadi dan khusus.
Kalimat di bawah ini menunjukkan hal itu.
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum daripada
kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran
umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung
suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula
bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti
kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih
jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek
daripada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung
arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang
dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang
lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk
memperoleh kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil
suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung
makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Katamembanting
tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna
konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu
kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk
idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Kata-kata
idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
keras kepala,
panjang tangan,
sakit hati, dan sebagainya.
3. MAKNA UMUM DAN
KHUSUS
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas
daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak
hanyamujair atau tidak hanya tawes, tetapi ikan terdiri
atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila,
ikan koki, dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti
tergolong jenis ikan; demikian juga gurame, lele, sepat tuna,
dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal
ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan
kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame,
lele, tawes, dan ikan mas.
Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki
acuan yang lebih luas daripada mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan
juga ros, melati, dahlia, anggrek, dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti
sejenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga
merupakan jenis bunga. Kata bunga yang memiliki
acuan yang lebih luas disebut kata umum, sedangkan kata dahlia,
sempaka, melati, atau ros memiliki acuan yang lebih khusus
dan disebutkata khusus.
Pasangan kata umum dan kata
khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generikdan spesifik.
Sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah
hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan
demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik),
sedangkan sapi, kerbau, kuda, keledai adalah kata khusus
(spesifik).
4. KATA KONKRET DAN
ABSTRAK
Kata yang acuannya lebih mudah dicerap pancaindra disebut
kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi,
suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah dicerap pancaindra, kata itu
disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi,
jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan,
karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
5. SINONIM
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya
mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian
kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam
pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa
seseorang dan mengongkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi
(lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih
bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan
kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik.
Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata lain yang bersinonim adalah
agung, besar, raya
mati,
mangkat, wafat, meninggal
cahaya,
sinar
ilmu,
pengetahuan
penelitian,
penyelidikan
dan
lain-lain.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna
denotatif dan makna konotatif suatu kata.
6. PEMBENTUKAN KATA
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari
luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru
dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru
melalui unsur serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya
tata daya serba
tata
buku daya
tahan serba
putih
tata
bahasa daya
pukul serba
plastik
tata
rias daya
tarik serba
kuat
tata
cara daya
serap serba
tahu
hari tutup lepas
hari
sial tutup
tahun lepas
tangan
hari
jadi tutup
buku lepas
pantai
hari
besar tutup
usia lepas
landas.
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata,
misalnya
bang wisata
kredit santai
valuta nyeri
televisi candak
kulak.
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak
dipengaruhi .oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan
karena kita berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, Pedoman
Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di
seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata
asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda
atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan
kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita
memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan
komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah,
tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.
Bentuk-bentuk serapan itu ada empaat macam.
1.) Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan
ejaan bahasa Indonesia. Yang te rmasuk
kata-kata tu ialah :
bank,
opname, dan
golf.
2.) Kita
mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang
termasuk kata-kata itu ialah :
subject subjek,
apotheek apotek,
standard standar, dan
university universitas.
3.) Kita
menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Yang tergolong
ke dalam bentuk ini ialah :
starting
point titik
tolak,
meet
the
press jumpa
pers,
up
to
date mutakhir,
briefing taklimat,
dan
hearing dengar
pendapat.
4.) Kita
mengambil istilah yang tepat seperti aslinya karena sifat keuniversalannya.
Yang termasuk golongan ini ialah
de facto,
status quo,
cum laude, dan
ad
hoc.
Dalam
menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita pelu memperhatikanbeberapa usuran.
a.) Kata yang lazim dipakai dalam
bahasa tutor atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya: nongkrong
raun
Kata-kata itu
dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh:
ganyang anjangsana
lugas kelola
heboh pamrih
santai
b.) Kata-kata
yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar
sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
tunanetra buta
tunarungu tuli
tunawicara bisu
c.) Kata yang
tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oelh masyarakat.
Contoh:
konon puspa
bayu lepau
laskar didaulat
Di bawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan
kata. Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat
tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Beberapa contoh pemakaian kata di bawah ini dapat
dilihat.
a)
Kata raya tidak dapat disamakan dengan
kata besar, agung. Kata-kata itu tidak selalu dapat dipertukarkan.
Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung.
b) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak
sama dalam pemakaiannya.
Kata tiap-tiap harus
diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak
boleh diikuti oleh kata benda.
Contoh yang benar:
1.) Tiap-tiap kelompok terdiri
atas tiga puluh orang.
2.) Berbagai gedung bertingkat di Jakarta
memiliki gaya arsitektur masing-masing.
3.) Masing-masing
mengemukakan keberatannya.
4.) Para
pemimpin negara APEC yang hadir di Yakarta masing-masing divaga ketat oleh
pengawal kepresidenan Indonesia.
c) Pemakaian kata dan lain-lain harus
dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama
kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
Misalnya:
Bentuk yang
Salah Bentuk
yang Benar
Dalam ruang itu kita dapat
menemukan a) Dalam ruang
itu kita dapat mene-
barang-barang, seperti meja,
buku, mukan
meja, buku, bangku, dan
bangku dan
lain-lain. lain-lain
b) Dalam ruang
itu kita dapat mene- mukan barang-barang, seperti meja, buku, dan bangku.
d) Pemakaian
kata pukul dan jam harus dilakukan secara
tepat. Kata pukul menunjukkan wantu, sedangkan kata jam menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
Seminar tentang kardiologi yang
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung
selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. (Salah)
Seminar tentang kardiologi yang
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung
selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. (Benar)
e) Kata sesuatu dan suatu harus
dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda,
sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh:
a. Ia mencari sesuatu.
b. Pada suatu waktu ia datang
dengan wajah berseri-seri.
f) Kata dari dan daripada tidak
sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu,
baik bahan maupun arah.
Contoh:
a. Ia mendapat tugas dari atasannya.
b. Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh:
a) Duduk lebih baik daripada berdiri.
b) Indonesia lebih luas daripada malaysia.
7. KESALAHAN
PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan
pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun
dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula
bentuk yang benar yang merupakan perbaikannya.
a. a. Penanggalan
Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul
berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya
awalan meng- harus eksplisit. Di bawah ini idperlihatkan
bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Amerika
Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Salah)
1 a) Amerika Serikat meluncurkan pesawat
bolak-balik Columbia. (Benar)
2) Jaksa
Agung, A. Rachman Saleh, periksa mantan Presiden Soeharto.(Salah)
2a) Jaksa
Agung, A. Rachman Saleh, memeriksa mantan Presiden Soeharto. (Benar)
b. Penanggalan awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering
menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber-harus
dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar
dalam pemakaiannya.
1)
Sampai jumpa lagi. (Salah)
Sampai berjumpa lagi (Benar)
2)
Pendapat saya beda dengan
pendapatnya (Salah)
Pendapat saya berbeda dengan
pendapatnya (Benar)
3) Kalau
Saudara tidak keberatan, saya akan meminta saran Saudara tentang penyusunan proposal penelitian. (Salah)
Kalau Saudara tidak berkeberatan,
saya akan meminta saran Saudara tentang penyusunan proposal
penelitian. (Benar)
c. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh
apabila mendapat meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh
apabila mendapat awalan meng-.
Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
1)
Wakidi sedang menyuci mobil. (Salah)
Wakidi sedang mencuci mobil. (Benar)
2)
Eka lebih menyintai boby daripada menyintai Roy. (Salah)
Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (Benar)
d. Penyegauan kata dasar
Ada lagi gejala penyegauan bunyi awal kata dasar.
Penyegauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam
ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis
menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan
penggunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis,
nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap dan nyari. Dalam bahasa Indonesia
baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail,
mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, mengepung, menolak, mencabut,
menyuap, dan mencari.
e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/
sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut
kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini
dibedakan bentuk salah dan benar dalam pemakaian sehari-hari.
1)
Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak
sebaiknya dipertahankan. (Salah)
Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak
sebaiknya dipertahankan. (Benar)
2)
Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis
paham komunis sampai ke akar-akarnya. (Salah)
Bangsa Indonesia mampu mengikis habis
paham komunis sampai keakar-akarnya. (Benar)
3)
Semua warga negara harus mentaati peraturan
yang berlaku. (Salah)
Semua warganegara harus menaati peraturan
yang berlaku. (Benar)
Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada
kata-kata yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila
diberi awalan meng-, kata ini akan menjadi mentraktor bukanmenraktor.
Kata proklamasi apabila diberi awalan meng-, kata
itu akan menjadimemproklamasikan.
f. Awalan ke- yang Keliru
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya
berawalan ter- sering diberi berawalan ke-. Hal
itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya,
kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sunda). Di bawah ini
dipaparkan bentuk salah dan benar dalam pemakaian awalan.
1)
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh
metro mini. (Salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh
metro mini. (Benar)
2)
Dompet saya tidak kebawa karena waktu
berangkat, saya tergesa-gesa. (Salah)
Dompet saya tidak terbawa karena waktu
berangkat, saya tergesa-gesa. (Benar)
3)
Mengapa kamu ketawa terus ? (Salah)
4)
Mengapa kamu tertawa terus ? (Benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya
dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke- tidak
dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak, dan
ketua. Oleh sebab itu, kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa,
ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk
yang benar ialah kedua. Ketiga, keempat kesepuluh, keseribu dan , seterusnya.
g. Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif
dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia
baku, untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi.
Di bawah ini diungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1)
Saya sanggup mengkoordinir kegiatan
itu. (Salah)
Saya sanggup mengoordinasi kegiatan
itu. (Benar)
2)
Sukarno-Hatta memproklamirkan negara Republik
Indonesia. (Salah)
Sukarno-Hatta memproklamasikan negara
Republik Indonesia. (Benar)
Perlu diperhatikan, akhiran –asi atau –isasi pada
kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi, radionisasi, pompanisasi,
dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena kata dasarnya bukan
kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha
peternakan lele, usaha penanaman turi, usaha pemasangan neon, gerakan
memasyarakatkan radio, gerakan pemasangan pompa, dan usaha memasyarakatkan
koran.
h. Padanan yang Tidak Serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata
yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang
tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa
bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan bentuk
salah dan bentuk benar, terutama dalam memakai ungkapan penghubung
intrakalimat.
1)
Karena modal di bank terbatas sehingga tidak
semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (Salah)
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah
memperOleh kredit. (Benar)
2)
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat
akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (Salah)
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin
oleh Sdr. Daud. (Benar)
3)
Walaupun malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia
masuk kantor juga seperti biasa. (Salah) Walaupun malam
tadi bertugas siskamling, ia masuk kantor juga seperti Biasa (Benar)
4)
Malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia
masuk kantor juga seperti Biasa. (Benar)
Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang menggabungkan
kata karena dan sehingga, kataapabila dan maka, dan
kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu
dalam sebuah kalimat tidak diperlukan.
Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang tidak
serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya,
karena . . . maka, untuk . . . maka, meskipun . . . tetapi, kalau . . . maka, dan
sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan
oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalau saja
tanpa diikuti maka, atau maka saja tanpa didahului olehkarena/untuk,kalau;
meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi saja
tanpa didahului meskipun.
i.Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada,
daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke,
dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan. Di
bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan.
1)
Putusan daripada pemerintah itu
melegakan hati rakyat. (Salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Benar)
2)
Meja ini terbuat daripada kayu. (Salah)
Meja ini terbuat dari kayu. (Benar)
3)
Neny lebih cerdas dari Vina. (Salah)
Neny lebih cerdas daripada Vina.
(Benar)
4) Sepeda motornya dititipkan di saya
selama ia sedang belajar. (Salah)
Sepeda motornya dititipkan pada saya
selama ia sedang belajar. (Benar)
5)
Saya tiba ke Bank
Indonesia tepat pukul 8.00. (Salah)
Saya tiba di Bank Indonesia tepat pukul
8.00. (Benar)
j .Pemakaian Akronim (Singkatan)
Kita membedakan istilah “singkatan” dengan “bentuk
singkat”. Yang dimaksud dengan singkatan ialah PLO. UI, dan lain-lain. yang
dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab(laboratorium), memo (memorandum)
dan lain-lain. pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia
kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu Internasional
Boxing Federation dan Internasional Badminton Federation.
Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari
karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim atau singkatan itu.
Singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan maknanya
telah mantap. Walaupun demikian, agar tidak terjadi kekeliruan kalau hendak
mempergunakan bentuk akronim atau singkatan dalam suatu artikel atau makalah
serta sejenis dengan itu, akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh
bentuk lengkapnya.
k.Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan
Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing
pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusanbersaing
dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing
dengan kata permukiman; kata penalaranbersaing dengan
kata pernalaran. Lalu, bentukan yang manakah yang sebenarnya paling
tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah
sebaliknya. Apakah yang tepatkeputusan dan yang salah putusan, ataukah
sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukanpernalaran;
kata pemukiman ataukah permukiman?
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya
mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan saksama,
bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain.
dengan kata lain, terdapat korelasi diantara berbagai bentukan tersebut.
Perhatikanlah, misalnya, verba yang berawalan meng- dapat
dibentuk menjadi nomina yang bermakna ’proses’ yang berimbuhan peng-an,
dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna ’hasil’ yang
beimbuhan –an. Perhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut.
Verba Dasar
|
Verba
Aktif
|
Pelaku
|
Proses
|
Hasil
atau yang di-
|
|
tulis
|
menulis
|
penulis
|
penulisan
|
tulisan
|
|
pilih
|
memilih
|
pemilih
|
pemilihan
|
pilihan
|
|
bawa
|
membawa
|
pembawa
|
pembawaan
|
bawaan
|
|
pakai
|
memakai
|
pemakai
|
pemakaian
|
pakaian
|
|
pukul
|
memukul
|
pemukul
|
pemukulan
|
pukulan
|
|
putus,
|
memutuskan
|
pemutus
|
pemutusan
|
putusan
|
|
simpul
|
menyimpulkan
|
penyimpul
|
penyimpulan
|
simpulan
|
|
ringkas
|
meringkas
|
peringkas
|
peringkasan
|
ringkasan
|
|
capai
|
mencapai
|
pencapai
|
pencapaian
|
capaian
|
|
layan
|
melayani
|
pelayan
|
pelayanan
|
layanan
|
|
mukim
|
memukimkan
|
pemukim
|
pemukiman
|
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut.
Verba Dasar
|
Verba
Aktif
|
Pelaku
|
Hal
|
|
tani
|
bertani
|
petani
|
pertanian
|
|
tinju
|
bertinju
|
petinju
|
peertinjuan
|
|
silat
|
bersilat
|
pesilat
|
persilatan
|
|
mukim
|
bermukim
|
pemukim
|
permukiman
|
|
gulat
|
bergulat
|
pegulat
|
pergulatan
|
Kelompok kata di bawah ini mengikuti cara yang lain.
satu, bersatu, mempersatukan, pemersatu, persatuan
solek, bersolek, mempersolek, pemersolek, persolekan
oleh, beroleh, memperoleh, pemeroleh, perolehan
Berdasarkan kaidah di atas, bentukan-bentukan berikut
dipandang kurang konsisten.
1.
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan,
analisis, dan kesimpulan. ( Kurang
rapi).
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan,
analisis, dan simpulan. (Lebih rapi)
2.
Sesuai dengan keputusan pemerintah, bea
masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%.(Kurang rapi)
Sesuai dengan putusan pemerintah, bea
masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%. (Lebih rapi)
3.
Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan pelayanan yang
memuaskan. (Kurang rapi)
Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan layanan yang
memuaskan.
(Lebih rapi)
4.
Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri
Giri Indah. (Kurang rapi)
Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri
Giri Indah. (Lebih rapi)
l. Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah
pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi
sehari-hari sering dujumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut
ini didaftar kata yang sering digunakan tidak hemt itu.
Boros Hemat
1. sejak
dari sejak
atau dari
2. agar
supaya agar
atau supaya
3. demi
untuk demi
atau untuk
4. adalah
merupakan adalah
atau merupakan
5. seperti... dan
sebagainya seperti
atau dan sebagainya
6. misalnya... dan
lain-lain misalny
atau dan lain-lain
7. antara lain... dan
seterusnya antara
lain atau dan seterusnya
8. tujuan daripada
pembangunan tujuan
pembangunan
9. mendeskripsikan tentang
hambatan mendeskripsikan
hambatan
10.
bebagai
faktor-faktor berbagai
faktor
11.
daftar
nama-nama
peserta daftar
nama peserta
12.
mengadakan
penelitian meneliti
13.
dalam rangka
untuk mencapai tujuan untuk
mencapai tujuan
14. berikhtiar dan berusaha
untuk berusaha
mengawasi
memberikan pengawasan
15. mempunyai
pendirian berpendirian
16. melakukan
penyiksaan menyiksa
17. menyatakan
persetujuan menyetujui
18. Apabila...,
maka Apabila..., tanpa kata penghubung maka
19. Walaupun..., namun
Walaupun..., tanpa kata namun
20. Berdasarkan...,
maka Berdasarkan...,
tanpa maka
21. Karena... sehingga Karena...
tanpa sehingga, atau tanpa karena...
sehingga
22. Namun demikian, Namun,
tanpa demikian Walaupun demikian,
23. sangat...
sekali sangat
tanpa sekali, atau tanpa sangat.
Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.
1) Apabila suatu reservoar masih mempunyai
cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan untuk
memproduksi minyak lebih besar. (Boros, Salah)
Apabila suatu reservoar masih mempunyai
cadangan minyak, diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi
minyak lebih besar. (Hemat, Benar)
2) Untuk
mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi di mana sebagai
sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan
perminyakan. (Salah)
Untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (Benar)
3) Karena sumber sembur alam mempunyai
tekanan yang tinggi sehingga mampu mengalirkan fluida
reservoar kepermukaan. (Boros, Salah)
Karena sumber minyak sembur alam
mempunyai tekanan yang tinggi, sembur alam tersebut mampu mengalirkan
fluida reservoar kepermukaan. (Hemat, Benar)
4) Namun demikian, pada saat ini banyak
dilakukan sistem pengeboran daripada penumbukan karena sistem pengeboran itu cepat
menghasilkan, efektif, dan hemat biaya. (Boros, Salah)
Namun, pada saat ini banyak dilakukan sistem
pengeboran daripada penumbukan karena sistem pengeboran itu
cepat menghasilkan, efektif, dan hemat biaya. (Hemat, Benar)
5) Karburator
adalah bagian mesin motor tempat di mana gas bahan bakar
minyak bercampur dengan udara. (Boros, Salah)
Karburator adalah bagian mesin
motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (Hemat, Benar)
6) Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali. (Boros,
Salah)
Perkembangan teknik mobil akhir-akhir
ini sangat pesat. (Hemat, Benar)
Perkembangan teknik mobil akhir-akhir
ini pesat sekali. (Hemat, Benar)
8. Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju.
Kata petinju berkolerasi dengan bertinju. Kata
petinju berarti orang yang (biasa) bertinju, bukan orang yang
(biasa) meninju.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok
dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis,
dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama
dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian,
akan tercipta bentukan seperti berikut ini.
petinju ’orang
yang bertinju’
pesenam ’orang
yang bersenam’
pesilat ’orang
yang bersilat’
peski ’orang
yang berski’
peselancar ’orang
yang berselancar’
pegolf ’orang
yang bergolf’
petenis ’orang
yang bertenis’
peboling ’orang
yang berboling’
Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin
biasa digunakan, tetapi kata bergolf, berterjun, bertenis, dan berboling bukan
kata yang lazim. Oleh sebab itu, munculnya kata :
peski, peselancar, pegolf, petenis, peboling
pada dasarnya tidak dibentuk dari
berski (yang
baku bermain ski)
berselancar (yang
baku bermain selancar)
bergolf (yang
baku bermain golf)
bertenis (yang
baku bermain tenis)
N. Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah
menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang
rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1)
Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang
bersangkutan seperti:
kuda-kuda,
meja-meja, dan
buku-buku
2)
Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti:
beberapa meja,
sekalipun tamu,
semua buku,
dua tempat,
dan
sepuluh komputer
3)
Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak
seperti para tamu.
4)
Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti:
mereka, kita, kami, dan kalian.
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih
bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini
merupakan bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.
Bentuk Tunggal Bentuk jamak
datum
data
alumnus alumni
alim ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang
dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal.
Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap baku
ialah bentukalumni yang dipakai sebagai bentuk tunggal.
Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap
baku yang dipakai masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak
salah kalau ada bentukbeberapa data, tiga alumni, dan seterusnya.
9.UNGKAPAN IDIOMATIK
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada statu
bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan
idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah
ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau
tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalan tulisan.
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut.
Menteri
Dalam Negeri bertemu Presiden SBY. (Salah)
Menteri Dalam Negeri bertemu
dengan Presiden SBY. (Benar)
Yang benar ialah bertemu dengan.
BAB
Disamping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu.
sehubungan dengan
berhubungan
dengan
sesuai
dengan
bertepatan
dengan
sejalan
dengan
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah:
Salah Benar
Terdiri terdiri
atas/ dari
terjadi atas terjadi
dari
disebabkan karena disebabkan
oleh
membicarakan tentang berbicara
tentang
tergantung kepada bergantung
pada
baik . . . ataupun baik
. . . maupun
antara . . . dengan antara
. . . dan
bukan . . .
tetapi bukan
. . . melainkan
tidak . . . melainkan tidak
. . . tetapi
menemui kesalahan menemukan
kesalahan
menjalankan hukuman menjalani
hukuman
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam penggunaan kalimat dan karangan
kita dapat memilih kata (diksi) dengan mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) terlebih dulu untuk ketepatan dan kesesuaian dalam memilih kata-kata.
Sehingga dengan penjelasan di atas kita mampu mermbuat kalimat atau karangan
sesuai dengan kaidah yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Dengan pembahasan di atas diharapkan
kita dapat menambah pengetahuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.