Thursday, March 21, 2013

diksi


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Salah satu persyaratan yang perlu dan mendesak dalam menulis dan berbicara adalah diksi (pilihan kata). Pilihan kata termasuk dalam ilmu semantik, yaitu ilmu yang mempelajari makna kata. Makna kata terdapat dalam kamus. Dalam memilih kata ini, pembicara atau penulis dituntut untuk berhati-hati dengan cara sering melihat kamus. Hal ini penting karena tidak jarang sebuah kata dapat berubah arti dalam ruang dan waktu yang berbeda sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman itu, ada dua persyaratan yang dituntut dari pembicara atau penulis, yaitu: ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan artinya kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Ungkapan tersebut harus dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca dengan tepat. Kesesuaian artinya tafsiran pendengar atau penulis sesuai dengan tafsiran pembicara atau penulis. Untuk memenuhi kedua persyaratan dalam diksi pemakalah akan membahasnya.

B.        Pembatasan masalah
Selanjutnya dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, maka pemakalah dapat membatasi pembahasan makalah sebagai berikut;
1.         Pengertian diksi
2.         Makna denotasi dan konotasi
3.         Makna umum dan khusus
4.         Kata konkret dan abstrak
5.         Sinonim pembentukan kata
6.         Kesalahan pembentukan kata dan pemilihan kata
7.         Ungkapan idiomatik

C.        Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.         Menambah wawasan kita dalam mata kuliah bahasa Indonesia tentang pemilihan kata (diksi).
2.         Membekali mahasiswa dengan berbagai pengetahuan tentang perubahan makna dalam   kata.
3.         Memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa pada dosen mata kuliah bahasa indonesia.

D.        Metode Penulisan
Penyusunan data-data yang berhubungan dengan materi dari buku-buku yang telah direferensi oleh kelompok kami, serta buku-buku referensi tambahan yang didapat dari perpustakaan.

E.        Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan makalah ini, pemakalah membagi menjadi tiga, yaitu :
1.         Pendahuluan yaitu, latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2.         Pembahasan yaitu, Pengertian diksi, makna denotasi dan konotasi, makna umum dan khusus, kata konkret dan abstrak, sinonim pembentukan kata, kesalahan pembentukan kata dan pemilihan kata, ungkapan idiomatik.
3.         Penutup dan daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      PENGERTIAN DIKSI

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.

Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.

2.      MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna katamakan seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.

Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.

Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.

Misalnya:
rumah                                      gedung, wisma, graha
penonton                                 pemirsa, pemerhati
dibuat                                      dirakit, disulap
sesuai                                       harmonis
tukang                                     ahli, juru
pembantu                                asisten
pekerja                                     pegawai, karyawan
tengah                                     madia
bunting                                    hamil, mengandung
mati                                         meninggal, wafat

Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Kalimat di bawah ini menunjukkan hal itu.
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)

Kata cantik lebih umum daripada kata manisKata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.

Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.

Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Katamembanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.


Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:

keras kepala,
panjang tangan,
sakit hati, dan sebagainya.



3.      MAKNA UMUM DAN KHUSUS

Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanyamujair atau tidak hanya tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki, dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan; demikian juga gurame, lele, sepat tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga. Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas daripada mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga ros, melati, dahlia, anggrek, dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti sejenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan jenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata umum, sedangkan kata dahlia, sempaka, melati, atau ros memiliki acuan yang lebih khusus dan disebutkata khusus.

Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generikdan spesifik.

Sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi, kerbau, kuda, keledai adalah kata khusus (spesifik).


4.      KATA KONKRET DAN ABSTRAK

Kata yang acuannya lebih mudah dicerap pancaindra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah dicerap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.

5.      SINONIM

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.

Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengongkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.

Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.

Kata-kata lain yang bersinonim adalah
            agung, besar, raya
            mati, mangkat, wafat, meninggal
            cahaya, sinar
            ilmu, pengetahuan
            penelitian, penyelidikan
            dan lain-lain.

Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.


6.      PEMBENTUKAN KATA

Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.

Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya

            tata                              daya                            serba
            tata buku                     daya tahan                   serba putih
            tata bahasa                  daya pukul                  serba plastik
            tata rias                        daya tarik                    serba kuat
            tata cara                       daya serap                   serba tahu



            hari                             tutup                           lepas
            hari sial                        tutup tahun                  lepas tangan
            hari jadi                       tutup buku                   lepas pantai
            hari besar                     tutup usia                    lepas landas.

Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya

            bang                wisata
            kredit               santai
            valuta              nyeri
            televisi             candak kulak.

Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi .oleh bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu.

Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.

Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.

Bentuk-bentuk serapan itu ada empaat macam.

1.)    Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang te            rmasuk kata-kata tu ialah :
bank,
opname, dan
golf.

2.)    Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah :
subject             subjek,
apotheek          apotek,
standard          standar, dan
university         universitas.



3.)    Kita menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Yang tergolong ke dalam bentuk ini ialah :
starting point               titik tolak,
meet the press              jumpa pers,
up to date                    mutakhir,
briefing                        taklimat, dan
hearing                        dengar pendapat.

4.)    Kita mengambil istilah yang tepat seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang termasuk golongan ini ialah
de facto,
status quo,
cum laude, dan
ad hoc.

Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita pelu memperhatikanbeberapa usuran.

a.)    Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutor atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya:               nongkrong
                                    raun
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh:
            ganyang                       anjangsana
            lugas                            kelola
            heboh                          pamrih
            santai

b.)    Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.

Contoh:
            tunanetra                     buta
            tunarungu                    tuli
            tunawicara                   bisu
c.) Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oelh masyarakat.
Contoh:
            konon                          puspa
            bayu                            lepau
            laskar                           didaulat

Di bawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah  kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan.

Beberapa contoh pemakaian kata di bawah ini dapat dilihat.

a)    Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu tidak selalu dapat dipertukarkan.
Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung.

b)  Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya.
Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda.
Contoh yang benar:
1.)    Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
2.)  Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
3.)    Masing-masing mengemukakan keberatannya.
4.)     Para pemimpin negara APEC yang hadir di Yakarta masing-masing divaga ketat oleh pengawal kepresidenan Indonesia.

c)  Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.

Misalnya:


Bentuk yang Salah                                         Bentuk yang Benar

Dalam ruang itu kita dapat menemukan         a) Dalam ruang itu kita dapat mene-
barang-barang, seperti meja, buku,                     mukan meja, buku, bangku, dan
bangku dan lain-lain.                                           lain-lain
b) Dalam ruang itu kita dapat mene- mukan barang-barang, seperti meja, buku, dan bangku.

d)   Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan wantu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. 12.00. (Salah)

Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00. (Benar)

e)  Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.

Contoh:
a. Ia mencari sesuatu.
b. Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.

f)   Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.

Contoh:
a. Ia mendapat tugas dari atasannya.
b. Cincin itu terbuat dari emas.

Kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh:
a) Duduk lebih baik daripada berdiri.
b) Indonesia lebih luas daripada malaysia.

7.      KESALAHAN PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA

Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar yang merupakan perbaikannya.

a.                                  a. Penanggalan Awalan meng-

Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit. Di bawah ini idperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.

1)      Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Salah)
1 a)   Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Benar)
2)     Jaksa Agung, A. Rachman Saleh, periksa mantan Presiden Soeharto.(Salah)
2a)    Jaksa Agung, A. Rachman Saleh, memeriksa mantan Presiden Soeharto. (Benar)


b. Penanggalan awalan ber-

Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber-harus dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
1)         Sampai jumpa lagi. (Salah)
Sampai berjumpa lagi (Benar)

2)         Pendapat saya beda dengan pendapatnya (Salah)
Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya (Benar)

3)      Kalau Saudara tidak keberatan, saya akan meminta saran Saudara tentang penyusunan proposal penelitian. (Salah)
Kalau Saudara tidak berkeberatan, saya akan meminta saran Saudara tentang penyusunan proposal penelitian. (Benar)


c. Peluluhan bunyi /c/

Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.

Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.

1)         Wakidi sedang menyuci mobil. (Salah)
Wakidi sedang mencuci mobil. (Benar)

2)         Eka lebih menyintai boby daripada menyintai Roy. (Salah)
Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (Benar)


d. Penyegauan kata dasar

Ada lagi gejala penyegauan bunyi awal kata dasar. Penyegauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, mengepung, menolak, mencabut, menyuap, dan mencari.


e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh

Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan benar dalam pemakaian sehari-hari.

1)    Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan. (Salah)
Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan. (Benar)
2)    Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai ke akar-akarnya. (Salah)
Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai keakar-akarnya. (Benar)
3)    Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (Salah)
Semua warganegara harus menaati peraturan yang berlaku. (Benar)

Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi awalan meng-, kata ini akan menjadi mentraktor bukanmenraktor. Kata proklamasi apabila diberi awalan meng-, kata itu akan menjadimemproklamasikan.

f. Awalan ke- yang Keliru

Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya, kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sunda). Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan benar dalam pemakaian awalan.


1)    Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (Salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (Benar)
2)    Dompet saya tidak kebawa karena waktu berangkat, saya tergesa-gesa. (Salah)
Dompet saya tidak terbawa karena waktu berangkat, saya tergesa-gesa. (Benar)
3)    Mengapa kamu ketawa terus ? (Salah)
4)    Mengapa kamu tertawa terus ? (Benar)

Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak, dan ketua. Oleh sebab itu, kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa, ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk yang benar ialah kedua. Ketiga, keempat kesepuluh, keseribu dan seterusnya.

g. Pemakaian Akhiran –ir

Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Di bawah ini diungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.

1)    Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (Salah)
Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu.  (Benar)
2)    Sukarno-Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia. (Salah)
Sukarno-Hatta memproklamasikan negara Republik Indonesia. (Benar)

Perlu diperhatikan, akhiran –asi atau –isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi, radionisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena kata dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha peternakan lele, usaha penanaman turi, usaha pemasangan neon, gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pemasangan pompa, dan usaha memasyarakatkan koran.

h. Padanan yang Tidak Serasi

Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalam memakai ungkapan penghubung intrakalimat.
1)    Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (Salah)
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperOleh kredit. (Benar)

2)    Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (Salah)
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. (Benar)

3)    Walaupun malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. (Salah)      Walaupun malam tadi bertugas siskamling, ia masuk kantor juga seperti Biasa (Benar)
4)    Malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor juga seperti Biasa. (Benar)

Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kataapabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak diperlukan.

Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena . . . maka, untuk . . . maka, meskipun . . . tetapi, kalau . . . maka, dan sebagainya.

Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalau saja tanpa diikuti maka, atau maka saja tanpa didahului olehkarena/untuk,kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi saja tanpa didahului meskipun.

i.Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap

Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan.

1)    Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Benar)

2)    Meja ini terbuat daripada kayu. (Salah)
Meja ini terbuat dari kayu. (Benar)
3)    Neny lebih cerdas dari Vina. (Salah)
Neny lebih cerdas daripada Vina. (Benar)
4)    Sepeda motornya dititipkan di saya selama ia sedang belajar. (Salah)
Sepeda motornya dititipkan pada saya selama ia sedang belajar. (Benar)
5)    Saya tiba ke Bank Indonesia tepat pukul 8.00. (Salah)
Saya tiba di Bank Indonesia tepat pukul 8.00. (Benar)

j .Pemakaian Akronim (Singkatan)

Kita membedakan istilah “singkatan” dengan “bentuk singkat”. Yang dimaksud dengan singkatan ialah PLO. UI, dan lain-lain. yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab(laboratorium), memo (memorandum) dan lain-lain. pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu Internasional Boxing Federation dan Internasional Badminton Federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim atau singkatan itu. Singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan maknanya telah mantap. Walaupun demikian, agar tidak terjadi kekeliruan kalau hendak mempergunakan bentuk akronim atau singkatan dalam suatu artikel atau makalah serta sejenis dengan itu, akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh bentuk lengkapnya.

k.Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman

Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusanbersaing dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata penalaranbersaing dengan kata pernalaran. Lalu, bentukan yang manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya. Apakah yang tepatkeputusan dan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukanpernalaran; kata pemukiman ataukah permukiman?

Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan saksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain. dengan kata lain, terdapat korelasi diantara berbagai bentukan tersebut.

Perhatikanlah, misalnya, verba yang berawalan meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna ’proses’ yang berimbuhan peng-an, dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna ’hasil’ yang beimbuhan –an. Perhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut.

Verba Dasar
Verba Aktif
  Pelaku
  Proses
Hasil atau yang di-
tulis
menulis
  penulis
  penulisan
tulisan
pilih
memilih
  pemilih
  pemilihan
pilihan
bawa
membawa
  pembawa
  pembawaan
bawaan
pakai
memakai
  pemakai
  pemakaian
pakaian
pukul
memukul
  pemukul
  pemukulan
pukulan
putus,
memutuskan
  pemutus
  pemutusan
putusan
simpul
menyimpulkan
 penyimpul
 penyimpulan
simpulan
ringkas
meringkas
  peringkas
  peringkasan
ringkasan
capai
mencapai
  pencapai
  pencapaian
capaian
layan
melayani
  pelayan
  pelayanan
layanan
mukim
memukimkan
  pemukim
  pemukiman




Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut.
Verba Dasar
Verba Aktif
Pelaku
Hal
tani
    bertani
petani
pertanian
tinju
    bertinju
petinju
peertinjuan
silat
    bersilat
pesilat
persilatan
mukim
    bermukim
pemukim
permukiman
gulat
    bergulat
pegulat
pergulatan

Kelompok kata di bawah ini mengikuti cara yang lain.

satu,           bersatu,            mempersatukan,          pemersatu,       persatuan
solek,         bersolek,          mempersolek,              pemersolek,     persolekan
oleh,          beroleh,           memperoleh,                pemeroleh,       perolehan

Berdasarkan kaidah di atas, bentukan-bentukan berikut dipandang kurang konsisten.
1.    Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimpulan.   (     Kurang rapi).
Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan. (Lebih rapi)
2.    Sesuai dengan keputusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%.(Kurang rapi)
Sesuai dengan putusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%. (Lebih rapi)
3.    Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan pelayanan yang memuaskan.  (Kurang rapi)
Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan layanan yang memuaskan.
(Lebih rapi)
4.    Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri Indah. (Kurang rapi)
Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri Indah(Lebih rapi)

l.  Penggunaan Kata yang Hemat

Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari sering dujumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini didaftar kata yang sering digunakan tidak hemt itu.
                 Boros                                                   Hemat

1. sejak dari                                               sejak atau dari
2. agar supaya                                            agar atau supaya
3. demi untuk                                            demi atau untuk
4. adalah merupakan                                   adalah atau merupakan
5. seperti... dan sebagainya                          seperti atau dan sebagainya
6. misalnya... dan lain-lain                          misalny atau dan lain-lain
7. antara lain... dan seterusnya                     antara lain atau dan seterusnya
8. tujuan daripada pembangunan                  tujuan pembangunan
9. mendeskripsikan tentang hambatan           mendeskripsikan hambatan
10. bebagai faktor-faktor                              berbagai faktor
11. daftar nama-nama peserta                        daftar nama peserta
12. mengadakan penelitian                            meneliti
13. dalam rangka untuk mencapai tujuan        untuk mencapai tujuan
14.   berikhtiar dan berusaha untuk                  berusaha mengawasi
memberikan pengawasan
15.   mempunyai pendirian                             berpendirian
16.   melakukan penyiksaan                            menyiksa
17.   menyatakan persetujuan                          menyetujui
18.   Apabila..., maka                               Apabila..., tanpa kata penghubung maka
19.   Walaupun..., namun                        Walaupun..., tanpa kata namun
20.   Berdasarkan..., maka                        Berdasarkan..., tanpa maka
21.   Karena... sehingga                 Karena... tanpa sehingga, atau tanpa karena...
sehingga
22.   Namun demikian,                    Namun, tanpa demikian Walaupun demikian,
23.   sangat... sekali                                 sangat tanpa sekali, atau tanpa sangat.

Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.

1)       Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Boros, Salah)
Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Hemat, Benar)
2)      Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (Salah)
Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (Benar)
3)       Karena sumber sembur alam mempunyai tekanan yang tinggi sehingga mampu mengalirkan fluida reservoar kepermukaan. (Boros, Salah)
Karena sumber minyak sembur alam mempunyai tekanan yang tinggi, sembur alam tersebut mampu mengalirkan fluida reservoar kepermukaan. (Hemat, Benar)
4)       Namun demikian, pada saat ini banyak dilakukan sistem pengeboran daripada penumbukan karena sistem pengeboran itu cepat menghasilkan, efektif, dan hemat biaya. (Boros, Salah)
Namun, pada saat ini banyak dilakukan sistem pengeboran daripada penumbukan karena sistem pengeboran itu cepat menghasilkan, efektif, dan hemat biaya. (Hemat, Benar)
5)      Karburator adalah bagian mesin motor tempat di mana gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (Boros, Salah)
Karburator adalah bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (Hemat, Benar)
6)       Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali(Boros, Salah)
Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat. (Hemat, Benar)
Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini pesat sekali. (Hemat, Benar)

8. Analogi

Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan bertinju. Kata petinju berarti orang yang (biasa) bertinju, bukan orang yang (biasa) meninju.

Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini.

      petinju                         ’orang yang bertinju’
      pesenam                      ’orang yang bersenam’
      pesilat                          ’orang yang bersilat’
      peski                            ’orang yang berski’
      peselancar                    ’orang yang berselancar’
      pegolf                          ’orang yang bergolf’
      petenis                         ’orang yang bertenis’
      peboling                      ’orang yang berboling’

Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf, berterjun, bertenis, dan berboling bukan kata yang lazim. Oleh sebab itu, munculnya kata :

      peski, peselancar, pegolf, petenis, peboling

pada dasarnya tidak dibentuk dari

      berski                           (yang baku bermain ski)
      berselancar                  (yang baku bermain selancar)
      bergolf                         (yang baku bermain golf)
      bertenis                        (yang baku bermain tenis)

N. Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia

Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1)    Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti:
kuda-kuda,
meja-meja, dan
buku-buku
2)    Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti:
beberapa          meja,
sekalipun         tamu,
semua              buku,
dua                  tempat, dan
sepuluh            komputer
3)    Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti para tamu.
4)    Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti:
mereka, kita, kami, dan kalian.

Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini merupakan bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.
     
Bentuk Tunggal     Bentuk jamak
      datum                          data
      alumnus                      alumni
      alim                             ulama

Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap baku ialah bentukalumni yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang dipakai masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada bentukbeberapa data, tiga alumni, dan seterusnya.

9.UNGKAPAN IDIOMATIK

Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada statu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.

Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalan tulisan.

Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut.

            Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden SBY. (Salah)
            Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden SBY. (Benar)
Yang benar ialah bertemu dengan.

BAB

Disamping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu.
           
sehubungan dengan
            berhubungan dengan
            sesuai dengan
            bertepatan dengan
            sejalan dengan
           
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah:

Salah                                                       Benar
Terdiri                                                       terdiri atas/ dari
terjadi atas                                               terjadi dari
disebabkan karena                                disebabkan oleh
membicarakan tentang                         berbicara tentang
tergantung kepada                                bergantung pada
baik . . . ataupun                                    baik . . . maupun
antara . . . dengan                                  antara . . . dan
bukan . . . tetapi                                  bukan . . . melainkan
tidak . . . melainkan                                tidak . . . tetapi
menemui kesalahan                             menemukan kesalahan
menjalankan hukuman                        menjalani hukuman





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
           
            Dalam penggunaan kalimat dan karangan kita dapat memilih kata (diksi) dengan mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terlebih dulu untuk ketepatan dan kesesuaian dalam memilih kata-kata. Sehingga dengan penjelasan di atas kita mampu mermbuat kalimat atau karangan sesuai dengan kaidah yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
            Dengan pembahasan di atas diharapkan kita dapat menambah pengetahuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.