Thursday, June 13, 2013

Phyllotaxis (Hal Duduk Daun)

Phyllotaxis/ Dispositio Foliorum
Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum). Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku batang (nodus). Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, seperti pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua rumput pada umumnya. Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun. Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada suatu buku-buku batang, yang kemungkinannya adalah :


A. Pada setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun
Dinamakan dengan  folia sparsa (tersebar). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun) sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada diatasnya dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang kembali, walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.
Perbandingan antara banyaknya garis spiral antara banyaknya kali garis spiral melingkari batang dengan jumlah daun yang melewati selama sekian kali melingkar batang.

1) Rumus daun atau divergensi
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupaka pecahan a/b.

2) Ortostik 
merupakan batang yang memiliki sejumlah b garis-garis tgak lurus (vertikal)

3) Spiral genetik 
adalah garis spiral yang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari atas ke bawah

4) Sudut divergensi
Pecahan a/b menunjukan jarak antar sudut dua daun berturut-turut, apabila diproyeksikan pada bidang datar maka jaraknya tetap dan besarnya a/b x besar lingkaran = a/b x 360o.

5) Deret Fibonacci
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/b nya, dapat terdiri atas pecahan-pecahan : 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Angka-angka tersebut  menunjukan sifat :
ü  Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst) merupakan suatu pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di depannya, demikian pula penyebutnya yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku yang di depannya tadi
atau
ü  Tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku yang didepannya dengan pembilang suku itu sendiri.

6) Roset (rosula)
roset adalah susunan daun yang melingkar dan rapat berimpitan. Menurut letaknya, ada dua macam roset yaitu ;
· roset akar, jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset tersebut sangat dekat dengan akar. Contoh : lobak(Raphanus sativus L) dan tapak liman (Elephantopus scaber L)
· roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang, misalnya pada pohon kelapa (cocos nucifera L) dan berbagai macam palma lainnya.
Banyak suku tumbuhan yang memiliki roset, umumnya ditemui pada suku Astraceae (contoh : dandelion) dan suku Branssicaceae (contoh : kol)

7) mosaik daun
pada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas, daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teraur sedemikian lupa sehingga helaian-helaian daun pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet) susunan inilah yang disebut pola karpet. Susunan daun seperti itu disebut mosaik daun.


B. Pada setiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadapan
Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata), contoh pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.


C. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia verticillata),dapat a.l. ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.). pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun yang demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.


D. Bagan (skema) dan Tata Letak Daun
Tata letak daun pada batang ditempuh dengan dua jalan :
1)      Membuat bagan atau skema letaknya daun
2)      Membuat diagram
ü  Bagan tata letak daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostikortostiknya demikian pula buku-buku batangnya. Daun-daun digambar sebagai penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.
ü  Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun
Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali
harus meloncati satu ortostik. Spiral genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin keatas digambar semakin sempit
a.       Bagan duduk daun dengan rumus 2/5
b.      Diagram daun dengan rumus 2/5


E. Spirostik dan Parastik
Garis-garis ortostik yang biasanya lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arah karena pengaruh bermacam faktor. Garis-garis ortostik dapat menjadi garis spiral yang tampak melingkari batang pula. Dalam keadaan yang demikian spiral genetik sukar untuk ditentukan, dan letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, keadaan ini dinamai : Spirostik. Spirostik terjadi karena pertumbuhan batang tidak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah menjadi spirostik. Tumbuhan yang memperlihatkan sifat demikian, misalnya:
ü  Pacing (Costus spesiousus Smith), yang mempunyai satu spiriotik, hingga daun-daunnya tersusun seperti anak tangga pada tangga yang melingkar.
ü  Bupleurum falcatum, yang mempunyai dua spiriotik
ü  Pandan (pandanus tectoris Sol) yang memperlihatkan tiga spiriotik
Pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat ch. kelapa sawit (Elaeis guinensis), duduk daun seakan-akan menurut garis-garis spiral ke kiri atau kekanan. Tampaknya lalu ada dua spiral ke kiri dan kekanan. Garis-garis spiral ini disebut : Parastik. Juga garis-garis spiral yang tampak pada buah nenas yang menunjukkan aturan letak mata-mata pada buah nenas tadi adalah parastik-parastik.